{Review} MENCARI JEJAK CARAKA - Keluarga Adalah Tempatmu Kembali

Judul Buku : Mencari Jejak Caraka

Penulis : I’ir Hikma

Penerbit : Penerbit Indiva Media Kreasi

Tahun terbit : Cetakan Pertama, November 2020

Tebal : 216 Halaman

  ISBN : 978-623-253-015-7

Harga : Rp. 60.000,-

***

BLURB


Pada hari ketiga Study Campus,  Caraka – atau biasa dipanggil Raka, laki-laki paling pendiam di kelas Bahasa – tiba-tiba menghilang. Padahal jadwal yang padat, belum lagi ujian simulasi membuat semua orang kelimpungan. Mengetahui ada yang tidak beres, sensei (wali kelas Bahasa) memutuskan untuk membuat Tim Peka (Pencari Raka) untuk membaca Raka kembali sebelum ujian simulasi berlangsung.


Tim Raka adalah anak kompeten di kelas Bahasa yang dipilih Sensei langsung untuk membanti Hana, sang ketua kelas, mencari Raka. Alden, Farel, Nata, Indira, Hasna, dan Sia mulai mencari jejak Raka. Mereka yakin bolonsnya Raka ada hubungannya saat menghilangnya Raka di Jogja.


Apakah Hana dan kawan-kawan berhasil membawa Raka kembali sebelum ujian simulasi dilaksanakan ? simak kisahnya dalam novel remaja apik ini.


*****------*****------*****------****-----******




Caraka atau Raka, murid kelas bahasa yang pendiam dan tidak pernah berbicara dengan siapapun di kelasnya bisa dikatakan Raka ini adalah manusia anti sosial, dia selalu bolos sekolah di setiap minggunya, tiba-tiba menghilang tanpa jejak dan tanpa kabar.


Di tahun ketiga, Raka membuat heboh satu kelas bahasa, Sensei atau wali kelas bahasa membentuk tim untuk mencari Raka dengan Hana sebagai ketua kelas yang ditunjuk sebagai ketua kelompok Tim Pencarian Raka (Tim Peka). Berhasilkah mereka menemukan Raka?


Apakah kerjasama mereka akan membuahkan hasil, mengingat hubungan kebersamaan mereka selama tiga tahun ini sangat buruk? Dan fakta-fakta mengejutkan apa yang akan didapatkan tim PEKA dan anak kelas bahasa pada umumnya dalam pencarian Raka dengan waktu hanya satu minggu yang diberikan oleh wali kelas mereka.


Simak kisah Caraka dan anak—anak kelas bahasa dalam cerita “Mencari Jejak Caraka.” Karya I’ir Hikmah.




Ada yang hal tidak biasa dalam cerita Mencari Jejak Caraka ini, apakah itu?


Hal yang membuat cerita ini berbeda antara lain menggunakan 2 sudut pandang cerita yang berbeda lalu yaitu dari sisi Caraka dalam buku jurnalnya dan dari sisi Hana sang ketua kelas bahasa sekaligus ketua tim PEKA serta ada beberapa sudut pandang dari beberapa teman satu kelas Caraka. Setting tempat dan waktu kejadian yang juga berbeda.


Sedangkang alur yang dipakai adalah alur maju mundur. Jadi kita seperti dibawa ke dunia Raka, lalu kepanikan Hana lalu cerita dari teman-teman kelas. Bingungkah atau ? Tidak usah bingung karena memang ada keterangannya baik dari tanggal dan tempat kejadian. Tapi sangat aku sayangnya kenapa penulisan buku jurnal Carakanya tidak dicetak miring atau pakai jenis  font yang berbeda. Biar lebih mantap dan puas bacanya.   


Setting tempat yang digunakan dalam cerita Caraka ini membawa kita travelling keliling Indonesia. Jadi baca buku tapi bisa merasa seperti jalan-jalan ke Gunung Rinjani di Lombok, ke Danau Toba, lalu ke tempat asal Laskar Pelangi dan masih banyak yang lainnya. Lalu kita tiba-tiba ingin backpaker ran ala Caraka dan bisa jalan-jalan keliling Indonesia.


Mungkin dengan alur campuran adakalanya membuat kita sebagai pembaca menjadi bingung dan ingin berhenti di tengah jalan waktu membacanya, tapi cerita ini beda. Pengemasan yang baik baik dari pemilihan kata atau jalan cerita, saat ada jeda dari masa sekarang ke cerita masa lalu kita sebagai pembaca tidak bertanya-tanya dan langsung mengerti.


Cerita untuk bagian prolog, sukses membuat aku berpikir seberapa besar masalah Raka ini, karena memang tragis banget menurut aku untuk bagian prolognya ini. Dua jempol untuk penulis.


Ada beberapa tokoh yang terlibat dalam cerita ini.  Caraka, sebagai tokoh utama karakter Caraka ini digambarkan sebagai sosok yang anti sosial banget, tidak mau bicara dengan siapapun di sekolah tapi saat bercerita di jurnal dia bisa menjadi sosok yang lain.


Hana, sebagai ketua kelas sekaligus ketua Tim Peka dia punya tugas berat untuk menemukan Raka dan kembali membawa Raka ke sekolah. Menurut aku konflik batin Hana ini yang ngena banget, dia tegas dan karakternya nyata sebagaimana cewek menjadi ketua kelas itu ya seperti itulah Hana.


Farel, dia adalah anggota tim PEKA yang paling tidak semangat mencari Raka, karena menurutnya Raka adalah sosok yang menyebalkan, ibarat kata siapa dia buat aku. He he he, meski dengan selalu terpaksa, tapi kelihaianya dalam dunia digital ternyata sangat membantu tim PEKA.


Alden, ini dia sosok yang menjadi favoritku, lebih dewasa dibanding yang lain. Jika Hana adalah ketua kelas dan ketua tim, maka Alden adalah pendamping yang pas untuk sosok ketua kelas.


Sebenarnya selain Caraka, Hana, Farel dan Alden masih ada beberapa lagi karakter dalam cerita ini, seperti Sita, Indira, Nata, Gisel dkk bahkan mantan pacarnya Raka juga ada, ini ni yang bikin aku diam seribu bahasa waktu kemunculan sosok mantan pacarnya Raka.


Lalu untuk masalah cover buku, aku selalu suka dengan desain cover dan layout dari tim indiva. Karena jujur aku tidak pernah ada yang mengecewakan dari cover-cover buku terbitan indiva selama ini. Intinya dari cover buku sudah bisa mendeskripsikan bagaimana isi bukunya. Perpaduan warnanya juga  kombinasi warna gelap yang dominan malah membuat ini semakin menarik.


Selain masalah penulisan kenapa tidak dicetak mirik atau pilih font yang berbeda dalam penulisan buku jurnal yang ditulis Raka, aku menemukan dua typo. Yaitu di halaman 80 pada kalimat “Kamu sekamar sama kamu bertiga.” Seharusnya kata ‘kamu’ yang terakhir adalah kami. Dan di halaman 151 pada kalimat “Nadia memukul lelangan lelaki itu kesal.....dst” seharusnya kata lelangan adalah lengan.


Ada dua adegan yang aku suka dalam cerita ini yaitu :

  • Pertama, waktu kelas bahasa sedang melakukan kunjungan ke Jogja. Di sinilah sisi bodohnya Raka terlihat sangat jelas. Dia yang memang tidak pernah berbicara dengan orang lain. Alden yang memberi tahu bahwa Raka sekamar dengannya dan hanya mengangguk dan meneruskan jalannya, dan kemudian Alden kembali bertanya, “Kamu tahu nomor berapa?”. Waktu baca ini aku sumpah pengen tertawa tapi melihat reaksi Raka, yang cuma seketika aku jadi pengen jitak kepala Raka.

  • Yang kedua, ada dalam interaksi berikut ini :

“Minggir orang ganteng mau lewat.” Naya menyerobot antrean teman-temannya. Lelaki supernasis itu terbahak-bahak begitu melihat wajah kesal teman-temannya.

“Minggir orang kaya mau lewat!” Gantian Farel dengan tubuh kurusnya keluar masuk kerumunan yang bersiap menaiki tangga.

Nadia memukul lelangan lelaki itu kesal karena hampir menyenggol dan membuatnya terjatuh.

“Eh, ada minion di sini? Sori. Aku nggak lihat.” Farel meledek.

Nadia semakin kesal.

“Kalau aku pendek emang kenapa?” Gadis itu mengamuk.

Dari atas pintu masuk pesawat, Nata ikut menimpali dan terkikik, “Ya nggak masalah. Itu namanya takdir.” (Halaman 150-151)

Seketika aku ngakak dan malah rindu masa-masa SMA. Feelnya kerasa banget menurut aku.


Sebenarnya untuk quote di sini sangat banyak sekali, karena di setiap bab baru selalu ada sempilan quote yang benar-benar memotiviasi diri ini untuk bisa menjadi lebih baik. Dan model seperti ini adalah salah satu hal yang aku sukai saat membaca novel.  Dan quote yang aku sukai antara lain berikut ini :


  • “Bukankah jika menginginkan sesuatu, manusia cenderung melakukan segala cara untuk memuaskan rasa batinnya? Hanya saja bagaimana cara itu benar atau tidak. Tergantung pada manusia itu sendiri dalam menyikapi.” (Halaman 102)

  • “Keluarga adalah mereka yang mau menerima susah senang keadaan.” (Halaman 114)

  • “Yang menyembuhkan itu bukan perjalanan tapi pendewasaan berfikir. Lakukan petualangan untuk mendewasakan cara berpikir.” (Halaman 149)

  • “Memang ada harga yang harus dibayar untuk hal yang bagus bukan?” (Halaman 185)

  • “Untuk apa mimpi setinggi langit kalau kau sendiri seorang manusia tidak akan pernah bisa terbang di atas langit? Bermimpilah setinggi batas wajar manusia menggapai. Memang untuk bermimpi jangan pernah takut. Tapi kalau kau begitu berani menggantung mimpi di atas awan-awan, yang kau dapat hanya ekspektasi. Kau tidak akan pernah puas. Karena kau ingin selalu lebih dan lebih untuk mencapai mimpimu. Padahal kita sebagai manusia sesungguhnya diciptakan dengan berkecukupan. Ambil apa yang di depanmu, jangan terburu-buru meraih yang terlalu jauh.” (Halaman 187-188)

  • “Kita semua ini keluarga. Kenapa kita harus saling menyakiti? Keluarga nggak akan pernah membiarkan anggota mereka dalam masalah. Sebuah keluarga akan selalu membantumu menyelesaikan masalah. Berjuang bersama-sama. Bukan melewatinya sendirian seperti ini.” (Halaman 210)


Pesan moral yang aku tangkap dalam cerita ini adalah bagaimana ampuhnya kekuatan bercerita jika kita sedang ada masalah. Kita bisa bercerita kepada siapa saja dan siapapun, dan jika kau tidak punya siapapun maka ada ALLAH yang setia mendengar setiap cerita kita. Ceritakan apa yang menjadi dukamu kepadaNYA dan mintalah kekuatan dariNYA maka kemudahan akan kita rasakan. Lalu tentang makna keluarga. Dari cerita ini aku paham bahwa keluarga selamanya bukan mereka yang punya hubungan darah dengan kita.


Meski dengan label GEN Z buku ini tidak hanya cocok dibaca oleh mereka generasi milineal saja, aku rasa ini adalah salah satu kelebihan dari buku cerita terbitan Indiva, karena mau tema apapun bukunya masih aman dan layak untuk semua kalangan usia. Kalau kalian para generasi Z generasi mileneal yang bosan dengan kisah percintaan dan ingin suasana baru kalian wajib baca ini.


 



I’ir Hikmah Choiro ; nama panjangnya.


Seorang gadis penyuka aroma buku yang pertama kali dititipkan di bumi, dikenal dengan kata, sehingga menjadi candu dan sastra.


Pertengahan tahun 2019  resmi lulus dari SMA dan mulai mengembara ke kota dingin. Saat ini tengah mengenyam Pendidikan Sastra Jepang di kampus paling favorit di kota apel. Penikmat musik indie dan memuja semua karya Bung Fiersa.


Dia sangat terbuka dengan kritik saran melalui email : iirhikmatul0@gmail.com atau melihat kesehariannya di instagram @iirhikma_ yang kerap kali membagikan kalimat-kalimat yang dipikirnya sewaktu melamun.




Posting Komentar

0 Komentar