**------Resensi “Hamdum Pistim Yandum”------**
Penulis : Ayun Qee
Penerbit : Diva Press
Terbit : 2013
Tebal : 253 hlm
ISBN : 978 – 602 –255 – 391 – 5

Cerita diawali dari mimpi buruk Kimya, mimpi yang selalu medatangi Kimya. Dalam mimpi itu Kimya mendapat ancaman dari tante Mel. Tante Mel adalah cinta pertama Ayah Kimya dan kini mereka kembali menjalin hubungan. Setelah mengetahui hubungan gelap ayahnya dan tante Mel, Kimya menjadi sangat membenci ayahnya.
Mimpi yang terus menghantui dirinya berupa ancaman pembunuhan dan tindak kekerasan lainnya, sangat membekas di hati Kimya dan hal itu sangat mempengaruhi kondisi kejiwaan Kimya. Kimya selalu berfikir buruk tentang sebuah keadaan yang dia alami dan dia selalu mempunyai perasaan takut yang berlebihan terhadap orang-orang di sekitarnya. Contoh : Waktu Galang yaitu pacar Kimya datang ke rumah dan dia diberitahu bahwa ada tamu oleh kakaknya, Kimya berfikir itu pasti suruhan tante Mel yang akan membunuhnya, padahal kenyataannya yang datang adalah gaLang pacarnya sendiri yang berencana ingin membuat kejutan, di sini pun Kimya berfikir bahwa kejutan itu adalah hasil kerjasama antara Galang dan tante Mel. Itu hanya sebagian contoh ketakutan-ketakutan yang di rasakan Kimya.
Hingga pada akhirnya, keluarga Kimya memeriksakan Kimya ke seorang dokter jiwa dan hasilnya sangat mengejutkan. Kimya menderita penyakit  skizofrenia.
“… Skizofernia yang di derita Kimya adalah skizofernia paranoid atau kecurigaan yang berlebihan….dst” (Hal;46)
Setelah di vonis seperti itu hidup Kimya semakin kacau bahkan pacarnya pun memutuskan dirinya. Dalam kesendirian dan keterpurukannya tersebut Kimya bermimpi dan dalam mimpinya tersebut dia bertemu dan berkenalan dengan sosok pria yang bernama Zohal. Di dalam mimpi ini Kimya bisa menumpahkan segala yang ia rasakan kepada sosok Zohal. Setelah beberapa kali bertemu dengan Zohal dalam mimpinya memberi dampak yang positif bagi kejiwaan Kimya. Dan dia pun juga jatuh hati pada sosok Zohal, yang hanya bisa ia temui dalam mimpinya. Di dunia mimpi itu Zohal selalu mengatakan Handum, Pistim, Yandum dan Kimyapun bingung dengan maksud dan arti kata itu. Selain itu di mimpi itu Zohal juga memintanya datang ke Konya Turki tanggal 17 Desember di Malam Pengantin Shebi Arus.
“Datang jauh-jauh ke tempat asing demi menemui seseorang yang ku kenal lewat mimpi. Absurd, bukan? “ (Hal;77)
Dan pada akhirnya mimpi Kimya terwujud ia datang ke Konya Turki. Di Turki Kimya berkenalan dengan seorang pria yang bernama Kiral, Kiral adalah anak dari pemilik rumah yang Kimya tempati di Turki. Ternyata Kiral adalah teman baik dari Zohal. Dan dari Kiral lah Kimya tahu bahwa Zohal sudah meninggal tiga tahun yang lalu saar shebi arus.
“ Shebi Arus atau malam pengantin adalah perayaan kematian Maulana Jalaluddin Rumi setiap tanggal 17 Desember.” (Hal ;166)
Kepedihan hati dan kekecewaan yang dirasakan Kimya sangat dalam, dia nyaris bunuh diri dengan minum obat tidur dengan dosis tinggi. Pada saat yang sama Kiral yang mulai bisa move on dari cinta masa lalunya memendam rasa kepada Kimya.
***
Setelah membaca sampai selesai novel ini hanya ada dua hal yang terlintas dipikiran ku yaitu Kimya itu gadis konyol dan Turki ( Kapan aku bisa kesana?). Penggambaran setting yang dibuat kak Ayun bikin aku mupeng pengen kesana.
Berteme seseorang dalam mimpi yang belum sama sekali kita kenal kemudian berusaha untuk bertemu dengannya, entah logika ku sepertinya masih belum bisa nerima cerita ini. Memang di dunia ini tidak ada yang serba kebetulan semua sudah dirancang dengan apik oleh DYA. Terlepas dari itu semua novel ini banyak memberikan pesan bagi pembacanya apalagi filosofi dari kata Handum, Pistim, Yandum dan beberapa pesan yang diselipkan melalui kata-kata yang dirangkai cukup apik oleh kak Ayun.
“,,,,bahwa waktu adalah obat paling mujarab, aku tak tahu berapa lama waktu yang kubutuhkan untuk sembuh. Setiap orang butuh dosis yang berbeda bukan?” (hal;55)
“Kita memang tak bisa benar-benar melupakan seseorang, hanya berhenti memikirkannya.” (hal;56)
“Rindu yang datang lebih dulu merasa terusik oleh hadirnya ragu”(hal;113)
Terlepas dari logika ku yang masih belum bisa menerima cerita ini tapi cerita yang diangkat aku jarang sekali menemukan cerita seperti ini, Salut buat kak Ayun ( ditunggu karya-karya selanjutnya.)


Posting Komentar

0 Komentar