{Review} MEMORI - WINDRY RAMADHINA


Judul Buku : MEMORI

Penulis : Windry Ramadhina

Penerbit : Gagas Media

Tahun terbit : Cetakan Pertama, 2012

Tebal : viii + 304 Halaman

  ISBN : 979-780-562-x

***

BLURB

Cinta itu egois, sayangku. Dia tak akan mau berbagi.

Dan seringnya, cinta bisa berubah jadi sesuatu yang jahat. Menyuruhmu berdusta, berkhianat, melepas hal terbaik dalam hidupmu. Kau tidak tahu, sebesar apa taruhan yang sedang kau pasang atas nama cinta. Kau tidak tahu kebahagiaan siapa saja yang sedang berada di ujung tanduk saat ini.

Kau buta dan tuli karena cinta. Kau pikir kau bisa dibuatnya bahagia selamanya. Harusnya kau ingat, tak pernah ada yang abadi di dunia - cinta juga tidak. Sebelum kau berhasil mencegah, semua yang kau miliki terlepas dari genggaman.

Kau pun terpuruk sendiri, menangisi cinta yang akhirnya memutuskan pergi.

 

****

Mahoni seorang arsitektur yang karirnya semakin cemerlang, dipaksa pulang ke Indonesia tepatnya di Jakarta, karena ayahnya dan Grace meninggal dunia dalam kecelakaan. Dan setelah kembali ke Indonesia semua rencana yang telah ia susun dengan matang harus ia relakan dengan perasaan tidak ikhlas, karir yang ia bangun sejak lama di Virginia kini tampak samar, meski bos yang sekaligus teman dekatnya yang selalu berlagak seperti pacarnya itu menyetujui perpanjangan cuti yang ia ajukan.

Sigi, anak laki-laki yang masih berusia belasan itu menjadi satu-satunya alasan Mahoni untuk tidak kembali ke Virginia sementara waktu, meski ia tidak mengakui kalau Sigi adalah adiknya tapi atas nama kemanusian ia tidak tega melihat anak laki-laki itu hidup sendirian di Jakarta.

Pertemuan tanpa sengaja dengan Simon dan Sofia membuat Mahoni akhirnya bergabung dengan Studio milik Sofia dan Simon yang bernama MOSS.

Ternyata Simon dan Mahoni sudah berteman sejak mereka kuliah dan sama-sama mengambil jurusan yang sama. Meski tidak ada kata yang terucap hubungan mereka lebih dari sekedar kata teman. Tapi setelah lulus mereka terpaksa berpisah, karena Simon harus mengejar impiannya ke Belanda, sementara bagi Mahoni Eropa bukan tujuannya dan ditambah tentang pesan dari Mae yang membuat Mahoni bimbang kala itu, dan akhirnya Virginia menjadi tujuan Mahoni untuk mengejar cita-cita dan impiannya.

Apakah sebuah kisah lama akan terulang kembali? dan perpisahan itu apakah masih menyisakan rasa antara Mahoni dan Simon?

Semua diceritakan dengan apik oleh WIndry Ramadhina di novelnya yang berjudul "MEMORI". Selamat membaca.

 

-------


 Tidak ada buku lama, karena pada dasarnya semua buku adalah buku baru bagi mereka yang baru pertama kali membacanya.  Sejak pertama kali aku membaca GLAZE aku terus terang terobsesi dengan semua novel karya WIndry Ramadhina. Meski novel Memori ini aku dapatkan berupa preloved, tapi tidak mengurangi antusis dan senanganya aku saat pertama kali memegang buku ini.

Review GLAZE by Windry Ramadhina 

POV orang ketiga, menjadi sudut pandang yang dipakai penulis untuk menceritakan kisah Mahoni, Sigi, Samuel dan Sofia. Meski endingnya sudah tertebak tapi mengikuti setiap alur yang diceritakan yang dibungkus dengan apik oleh penulis sangat tidak membosankan, meski ada beberapa istilah tentang ilmu tehnik sipil dan beberapa nama perancang dunia yang terkenal yang baru aku, tetapi penulis menjelaskan dengan baik. Jadi baca novel bisa sekalian tambah ilmu baru.

Alurnya menggunakan alur campuran atau alur maju mundur, yang tiba-tiba berubah di paragraf baru berikutnya, tapi tenang tidak membuat bingung karena eksekusi dari penulis yang luar biasa cantik, kita tidak akan merasa kebingungan meski alurnya campuran.

Ada banyak tokoh dalam cerita ini, selain ada Mahoni, Simon, Sofia, Sigi ada juga ayah Mahoni dan Sigi, lalu Mae ibu kandung Mahoni dan Grace ibu kandung dari Sigi. Meski Ayah Mahoni, Mae dan Grace kemunculan mereka sangat sedikit, hanya dalam kisah flash back yang diceritakan oleh Mahoni, tetapi peran mereka bertiga dalam konfik yang harus dijalani oleh Mahoni begitu sangat terasa dari awal hingga akhir cerita.

Dari banyak interaksi antar tokoh, aku paling suka interaksi antara Sigi dan Mahoni. Aku lebih penasaran dengan kisah interaksi antara mereka berdua. Lebih penasaran bagaimana akhir mereka, yang diawali dengan kebencian dan kecanggungan ini. Tapi ini bukan berarti kalau kisah Mahoni dan Simon tidak menarik yaa. Mereka menarik dengan cara konflik mereka sendiri.

Dari beberapa karakter yang muncul dalam cerita, karakter Mahoni dan Mae yang menurut aku terlihat sangat jelas dan mendominasi. Bukan tokoh lain tidak penting bukan, semua peran punya peran masing-masing dalam cerita. Tapi Mahoni dan Mae ini seperti pusat dari cerita Memori yang ditulis oleh Windry Ramadhina ini.

Review SONG FOR ALICE by WIndry Ramadhina 

Simon, dia seorang laki-laki yang tidak berubah sejak pertama kali Mahoni mengenalnya, kaos gratisan, celana jeans belel, rambut ikal acak-acakan dan tidak lupa jenggot tipis yang menutupi wajahnya yang tampan. Meski pernah hidup bertahun-tahun di Belanda. Simon masih orang yang sama. Karakter dia menurut aku Simon itu tipe pria yang tahu dengan apa yang ia lakukan dan konsekuensi apa yang bakalan terjadi. Satu lagi dia tipe orang yang tidak segan-segan membuang hasil desainnya jika di rasa ia dan kliennnya tidak cocok dengan gambar yang ia ajukan. Kalau biasanya mungkin ada sebagain orang desain yang salah bakalan disimpan lebih dahulu dan nanti akan dikeluarkan saat tiba waktunya, tapi bagi Simon semua itu tidak berlalu. Lelaki yang mempunyai prinsip yang jelas kalau menurut aku.  Dan dia orang yang jujur dalam berkomentar tentang desain rancangan orang lain, jika menurut dia jelek maka dia akan bilang tanpa mempedulikan bagaimana perasaan orang lain.

Mahoni, selain mandiri dan betanggung jawab, ia juga keras kepala menurut aku kekerasan kepala seorang Mahoni tidak lain tidak bukan karena pengaruh dari Mae yang sangat besar. Mae mempunyai pengaruh besar terhadap jalan pikiran dan karakter dari seorang Mahoni. Dengan doktrin-doktrin yang diberikah oleh Mae kepada seorang Mahoni sangat-sangat berpengaruh terhadap jalan pikiran Mahoni.

Dari beberapa novel yang aku baca karya Windry Ramadhina, tokoh utama cewek selalu digambarkan sosok yang mandiri, bertanggung jawab pada diri sendiri dan bisa menentukan keputasan untuk dirinya sendiri dengan pertimbangan, 

 Review LAST FOREVER by Windry Ramadhina

 Ada satu yang agak kurang sreg dalam novel ini, yaitu judul setiap bab, pemilihan font tulisan yang dipakai ada beberapa yang susah dibaca. Mungkin jika nanti ada cetak ulang bisa dijadikan pertimbangan.

Dari Mahoni, Simon, Sofia, Mae dan Grace kita belajar satu hal bahwa segala ujian kehidupan sudah ditakar sesuai dengan kemampuan tiap personal, besar kecil masalah itu tergantung dari bagaimana kita pribadi menyikapi dan menyelesaikan masalah itu. Fokus kepada jalan keluar atau meratapi kesedihan dan menyalahkan orang lain atau fokus untuk memberi kebahagian pada diri kita sendiri, semua itu adalaha pilihan dan kita sendiri yang menentukan.

Buat yang belum baca silahkan mencari buku ini di toko buku online atau di marketplace. Selamat membaca dan bersenang-senang.

Untuk kak Windry Ramadhina selalu semangat dan di tunggu karya-karya selanjutnya.

 

****



Windry Ramadhina. Lahir dan tinggal di Jakarta, berprofesi sebagai arsitek lepas dan mendirikan biro desain sendiri.

Ia menulis fiksi sejak medio 2007 di kemudian.com. Pada tahun 2008 ia terpilih menjadi peserta Bengkel Penulisan Dewan Kesenian Jakarta. Ia menerbitkan novel pertamanya, Orange, pada tahun yang sama dan dinominasikan sebagai Penulis Muda Berbakat dalam Khatulistiwa Literary Award. Pada tahun 2009 ia kembali dinominasikan untuk kategori Prosa Terbaik lewat novel Metropolis.

Waktu luangnya diisi dengan wisata kuliner di sejumlah mal Jakarta Selatan, mendengarkan musik gubahan L'Arc-en-Ciel, menonton film, membaca buku, bermain dengan gadis kecil kesayangannya.

Windry  bisa dihubungi lewat : email windry.ramadhina @yahoo.com, twitter : @windryramadhina atau blog www.windryramadhina.com

 


Posting Komentar

0 Komentar