{Review Novel} BLEU – Deasylawati P


Judul Buku : BLEU
Penulis : Deasylawati P.
Penerbit : PT. Elex Media Komputindo
Tahun terbit : Cetakan Pertama, 2015
Tebal : 190 Halaman
  ISBN : 978-602-02-6051-8
***
BLURB
Mendadak jantung Biru seakan mengambil jeda dari detaknya. Suara itu.... Panggilan itu..... Di dunia ini hanya dua laki-laki yang selalu dan sejak awal bertemu memanggilnya dengan nama itu. Rhys. Nama depannya. Satu dari laki-laki itu adalah Fajar, Almarhum suaminya. Sementara yang lainnya ..... adalah dia. Laki – laki itu, Erfan Pratama. Yang dulu pernah singgah di hatinya sebelum Fajar hadir. Luka itu kembali menganga. Perih... Cinta di antara mereka .... adalah sebuah cinta yang biru.

*****------*****------*****------****-----******
Rhys Biru Indriyani, teman-temanya memanggil dia Biru, pekerja sebagai editor di Penerbit Tazkia. Perkenalannya dengan Efran Pratama terjadi karena mereka sama-sama menjadi tim ediotor di penerbit Tazkia. Biru dan Efran bergabung dengan Tazkia sejak awal jadi hal wajar saat satu orang memegang dua profesi sekaligus.

Kebersamaan yang awalnya hanya sebatas rekan kerja menjadi berbeda saat ada rasa nyaman dan rasa saling peduli. Lalu tiba-tiba semua berubah, Ibu dari Biru mulai mempertanyakan tentang pertanyaan kapan menikah, sudah akah calonnya, bukannya kamu lagi dekat dengan Efran?

Keinginan sang ibu, Biru utarakan ke dalam chatnya dengan Efran, gayung bersambut, tapi mengapa Biru malah menganggap semua ini hanya lelucon, dan meminta Efran untuk melupakan semua dan menghapus pesan-pesan itu? Semenjak itu semua berubah, mereka saling menjauh, tidak ada komunikasi meskipun dalam hal pekerjaan.

Benci, menjadi akhir kisah Efran dan Biru, Biru sangat membenci Efran. Hingga akhirnya Biru memilih keluar dari Tazkia dan Efran pergi ke Bandung. Di sinilah akhirnya Biru membuka hati untuk Fajar, kehidupan mereka bahagia dengan 3 orang anak yang lucu-lucu, tapi sayangany itu tidak untuk selamanya, Fajar meninggal dalam kecelakaan. Keadaan kembali membawa Biru untuk bekerja kembali di Tazkia, dan inilah akhirya mempertemukan kembali Biru dengan Efran. Butuh waktu enam tahun untuk Biru dan Efran kembali bertemu, apakah rasa itu masih terselip di ujung yang paling dalam di hati Biru, ataukah kebencian Biru kepada Efran masih sama besarnya? Lalu Efran sendiri bagaimana? Apakah cinta masih ada untuk Efran dan bagaimana perasaan Efran sesungguhnya? Apakah cinta lama belum kelar antara Efran dan Biru akan terselesaikan?

Semua lengkap di bahas di novel “Bleu” karya Deasylawati P.

********----------*******---------******



Baca dari awal hingga akhir aku tidak tahu apa arti dari ‘bleu’ ini, ternyata setelah tanya ke profesor google, ‘bleu’ itu adalah bahasa prancis dari kata biru. Cocok ya dengan nama pemeran utamanya.

Bleu ini diceritakan dengan sudut pandang orang pertama dengan tokoh si Biru, ada beberapa bagian yang mengisahkan cerita ini. Mungkin tema cinta dalam diam, cinta lama belum kelar udah banyak, tapi karena cara mengekskusinya beda menjadi cerita yang berbeda pula. Apalagi dengan gaya penulisan yang mengotak-ngotakkan sudut pandang, membawa kita semakin penasaran.

Sebuah pertanyaan muncul saat membaca bab awal, mengapa Biru bisa membenci Erfan sebegitunya? Dan kenapa Erfan melakukan hal itu? di buat penasaran karena alurnya dibuat maju mundur, ibarat kita makan makanan itu kita makannya secuil demi secuil dan tiap cuilnya kita kunyah sebanyak 33 kali, lama sih, tapi beneran puas dan nikmat.

Karakter Biru sendiri dia cewek mandiri, bekerja keras kalau sudah bekerja totalitas tanpa batasnya keren. Menjaga jarak terhadap kaum adam, jadi menimbulkan kesan angkuh. Sementara Efran, meskipun dia tahu batasan-batasan dalam pergaulan tapi dia paling suka tebar pesona, apalagi kalau semua orang memberi perhatian kepada dia, sayang sama keluarga dan bertanggung jawab kepada keluarga, tapi nol soal perasaan.

Selain dua karakter itu, ada banyak karakter yang muncul, tapi peran pendamping yang paling menonjol adalah Haris dan Mala, Mala adalah teman sekantor Biru, Mala ini kayak peramal, dia tahu saat Biru ada masalah sebelum Biru sendiri bercerita. Dan aku rasa Mala ini teman yang asyik dan menyenangkan. Sementara Haris, yang pada akhirnya menikah dengan Mala, dia adalah teman dari Efran. Jodoh berputar-putar dalam satu lingkaran saja ternyata ya. Sama halnya dengan Mala, Haris juga sangat menyenangkan menjadi sahabat, mereka berdua tahu posisi mereka, tidak terlalu mencampuri urusan pribadi masing-masing tapi siap membantu dan menasehati. Dan memang seperti itulah persahabatan itu.

Paling suka adegan ketika Biru dan Efran saling chat atau sms, aku ikut senyum-senyum sendiri, jadi ingat zaman dahulu kala yang selalu menemukan alasan untuk chat, kalau sekarang mau hai aja tidak bisa. Kembali ke Efran dan Biru lagi. Chat mereka tidak ada rayuan maut atau gombalan recehan tapi aku suka. Senyumnya Biru aku tahu rasa senyuman itu. he he he.

Meski bukan cerita religi, tapi cerita penuh banyak nilai tentang Islam dalam hal pergaulan yang masuk menjadi alur cerita. Tidak ada kesan menggurui, tapi ngena banget dan mak nyes maknanya dapat.

Beberapa quote yang keren di cerita ini yaitu :
“Ini cinta yang salah, cinta itu seharusnya datang setelah pernikahan. Cinta yang murni karena ditumbuhkan oleh ALLAH seperti yang pernah dijanjikannya dalam AL-Quran, bukan cinta yang terkotori seperti yang kurasakan sekarang ini.”(Halaman 55)

“Aku pernah dengar, kata orang, cinta lebih menyakitkan jika orang yang kita cintai tidak tahu bahwa kita mencintainya..”(Halaman 57)

“Kalau cuma HTS, Hubungan Tanpa Status, seperti ini, kamu cuma meracuni diri sendiri juga dia. Bikin penyakit hati tahu.”(Halaman 97)

“Cinta yang datang sebagaimana janji ALLAH kepada hamba-NYA yang bersedia menjaga hatinya hanya untuk meraih ridha ilahi. Cinta itu bernama mawadah. Dan ketenangan yang dirasakan Biru saat ini, kedamaian yang membuatnya mabuk kasmaran itu bernama sakinah. Dan perasaan saling memiliki dan menyanyangi yang tertinggal hingga sampai ke setiap pembuluh darah mereka adalah rahmah. Ini benar-benar terjadi sebagaimana yang dijanjikan ALLAH dalam Kalam-NYA.”(Halaman 129)

Dari cerita ini aku tahu, bahwa memang jangan pernah bermain-main dengan api asmara atau cinta. Karena jika bermain-bermain diwaktu dan dengan orang yang tidak tepat akan terjadi kebakaran dan itu rasanya sakit sekali. Apalagi tidak ada tawaran dalam hukum atau aturan yang sudah ALLAH tetapkan. Dilarang berduan, dilarang sentuhan yaa Efran dan Biru tahu aturan itu serta batasan pergaulan mereka tapi mereka sering chating atau bertukar pesan, dan inilah yang menjadi alasan kesakitan mereka.

Jadi daripada ada yang namanya cinta lama belum kelar dan malah menghantui kita, sebaiknya cinta yang kamu rasa biarkan hanya kamu dan ALLAH yang tahu. Setuju???

*****---------------*******-------------*******



Deasylawati P., adalah penulis yang memulai debut nulisnya sejak akhir tahun 2005 lewat sebuah sayembara menulis Majalah Muslimah. Dari sayembara itu ia berhasil menyabet gelar Novellet Terbaik Pertama dengan judul ‘Asalan Untuk Kembali’. Tahun 2006 sekali lagi ia berhasil meraih juara 1 untuk lomba novel remaja islami yang diadakan oleh penerbit Tiga Serangkai. Judul novelnya waktu itu ‘Ketika Batu Mulai Bicara’ yang kemudian diterbitkan dengan judul ‘Quraisy Terakhir’.

Sejak saat itu, pecinta aneka mi, jagung dan roti ini mulai menggenjot karyanya dengan penuh suka cita. Maka, sejak tahun 2007 hingga 2014 ini, 12 novel solo, 13 buku nonfiksi solo, 8 antalogi dan 11 buku anak bak fiksi maupun nonfiksi, sudah ia tulis dan diterbitkan. Cerpen dan artikelnya juga pernah dimuat di beberapa media lokal. Karya yang best seller dan masih banyak dicari hingga sekarang adalah buku Sebelum Aku Menjadi Istrimu , yang dalam satu tahun sudah cetak ulang 4 kali. Novel terbarunya di tahun 2014 adalah Meski Cinta Saja Tak Pernah Cukup (Indiva). The Half Romance (Quanta), buku nonfiksi From Hobby to Money (Elex Media). Dan antalogi Hebohnya Emak-Emak (Indiva).
Info mengenai karya-karyanya bisa dilihat di blog www.deasylawati-p.blogspot.com. Deasy bisa dikontak melalui email deasylawati@gmail.com, fb:Deasylawati Prasetya, dan twitter @deasylawati




Posting Komentar

0 Komentar