MENGENAL LEBIH DEKAT BUDAYA MINANG LEWAT BUKU "HARTA PUSAKA CINTA KARYA DESNI INTAN SURI"


Sebuah keberuntungan aku menemukan buku diantara buku yang diposting oleh penjual di sebuah grup toko buku online. Karena isinya luar bisa ibarat kata "isinya daging semua" meski bumbu percintaan itu ada tapi bukan di situ letak inti ceritanya. Ini tentang bagimana memaknai hidup sebagai seorang manusia.

 

Menggunakan Ampek Angkek sebagai lokasi utama dalam cerita ini. Ampek Angkek menurut wikipedia adalah nama salah satu kecamatan di Kabupaten Agam Sumatra Barat. Dengan rumah gadangnya dan tentang adat istiadat turun temurun dari Minang menghiasi penuh cerita dalam buku ini.

 

Dari buku HARTA PUSAKA CINTA, ada banyak hal tentang adat Minangkabau ya dapat kita ketahui antara lain :

 

Minang punya pepatah yang dijunjung tinggi yaitu : "ADAT BASANDI SARAK, SARAK BASANDI KITABULLAH" menurut wikipedia kalau diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia artinya adalah adat bersendikan syariat, syariat bersendikan kitabullah. Ini artinya bahwa adat Minangkabau harus berdasarkan syariah Islam yaitu Al Quran dan Sunnah.

 

Kemudian dalam buku ini juga tertulis kata "LIMPAPEH RUMAH NAN GADANG, UMBUN PURUAK PEGANGAN KUNCI, UMBUN PURUAK ALUANG BUNIAN" ini juga masih tentang pepatan orang minang. Aku mencoba mencari arti pepatah minang tersebut di google ternyata lengkapnya seperti ini : "BUNDO KANDUANG LIMPAPEH RUMAH NAN GADANG. AMBAN PURUAK PEGANGAN KUNCI. AMBAN PURUAK ALUANG BUNIAN. PUSEK JALO KUMPULAN TALI. HIASAN DALAM NAGARI". ini tentang bagaiman peran penting seorang ibu tidak hanya dalam rumah tangga saja, pepatah tersebut artinya adalah : Seorang bundo bertanggung jawab dalam keluarga karena ia tiang penyanggah rumah tangga (limpapeh). Ia mampu menyelesaikan persoalan rumah tangga (ambun puruak pegangan kunci – ambun puruak aluang bunian). Ia mampu menghimpun keluarga besarnya dalam arti luas – extended family- (pusek jalo kumpulan tali). Ia juga sebagai penjaga adat dan budaya dalam suatu peradaban manusia (sumarak dalam nagari). (sumber : https://bundokanduang.wordpress.com/bundo-kanduang/)

 

Dari buku ini aku juga tahu bahwa ternyata di Minang yang dinamakan cucu sebenar-benarnya adalah cucu yang dilahirkan oleh anak-anak perempuan. Kalau cucu dari anak laki-laki mereka sebut dengan cucu orang, dimana maksudnya adalah cucu yang didapat dari anak lelaki dianggap lebih sah sebagai keturunan dari pihak ibunya.

 

"Seperti tak tahu saja Cunda Fikar ini. Di kampung kita, kalau orangtua sudah melaksanakan adat TURUN JANJANG untuk anak laki-lakinya, berarti dia harus rela anaknya menjadi anak orang...". Istilah Turun Jenjang untuk anak laki-laki artinya meninggalkan rumah orangtuanya untuk membangun dan bertanggung jawab pada rumah tangganya sendiri. Namun dalam masyarakat Minang sudah menjadi kebiasaan bahwa anak laki-laki yang sudah menikah cenderung lebih dekat pada keluarga istrinya daripada keluarga sendiri. (Halaman 139-140)

 

Di Minang ada kesenian yang bernama RANDAI, RANDAI adalah permainan tradisional yang berasal dari Minangkabau, yang dimainkan secara berkelompok dengan membentuk lingkaran, di mana dalam Randai ini ada cerita yang dibawakan biasanya cerita yang dibawakan juga cerita rakyat asal Minangkabau.  Randai adalah seni pertujukan hiburan yang tidak hanya sekedar hiburan tapi ada pesan dan nasehat yang terkandung. Menggunakan gurindam sebagai media vokalisasi dan gerakan tari yang berasal dari gerakan silat.

 

Dari buku ini aku juga tahu ternyata hewan beruk di sana digunakan untuk memanjat dan memetik buah kelapa sebanyak yang kita inginkan, kemudian aku mencoba mencari di google ternyata di sana ada sekolah beruk yang di gagas oleh pemerintah desa setempat, di mana sekolah ini melatih kemampuan beruk untuk memetik buah kelapa. Kearifan lokal yang masih ada sampai sekarang dan ternyata didukung oleh pemerintah setempat.

 

Suku Minang menganut paham matrilineal, di mana silsilah keturunan diambil dari garis keturunan ibu, hal ini juga berdampak atau mempengaruhi tentang hak waris, di mana harta pusaka yaitu harta yang diwariskan secara turun temurun dari generasi ke generasi berdasarkan garis keturunan ibu tidak diperbolehkan untuk diperjual belikan, hanya bisa untuk diambil manfaat dan hasil dari harta tersebut, dan pemegang hak waris untuk harta pusaka ini adalah kaum perempuan dari garis keturunan ibu.

 

Dari buku ini kita belajar untuk seimbang antara hubungan vertikal dan horizontal, keduanya tidak bertolak belakang tapi saling berhubungan. Agama dan hubungan sosial bisa berjalan beriringan dan sejalan, agama menjadi pembatas antara yang boleh dan tidak boleh dilakukan dihubungan sosial atau sesama manusia ataupun dengan alam, pembatasi bukan berarti tidak boleh bergerak, tapi membatasi agar tidak menyimpang jalan yang sudah ada.

 

Beberapa nasihat dari novel "HARTA PUSAKA CINTA" yaitu sebagai berikut :

 

Agama tidak hanya untuk bukti diri secara tertulis. Agama untuk diyakini sebagai pedoman hidup kita di dunia, tahukah kau bahwa tujuan manusia hidup di dunia ini hanyalah untuk menunggu?. Ya menunggu. Anduang Rabiah juga menjelaskan menunggu seperti apa yang dimaksud, bukan menunggu sesuatu yang diperbuat oleh manusia itu sendiri, karena itu belum pasti, tapi menunggu sesuatu yang masa penantiannya adalah kepastian , pasti datang tepat waktu sesuai dengan ketentuan kita masing-masing.

 

Kota adalah pusat kemajuan zaman dengan segala fasilitas teknologi, sedangkan desa adalah pusat keaslian alam, adat dan budaya. Banyal orang yang tak paham bahwa kota dan desa memiliki karakteristik yang tak bisa dicampuradukkan.

 

Kehidupan selalu memiliki pangkal dan ujung, layaknya sebuah sungai yang mempunyai hulu dan hilir. Ia yakin rasa hampa, kecewa dan patah hati yang ia alami ini hanyalah sebuah hambatan kecil. Akan ia ikuti layaknya air yang mengalir di sungai.

 

"Allah itu memang Maha Adil ya, Chin. Kita saja yang suka menzalimi-Nya. Padahal di setiap langkah kita ALLAH sudah mengingatkan dengan memberi banyak cubitan. Ketika kita masih juga nggak merasa di cubit, ALLAH memberi tamparan. Kita tetap saja nggak ngerti. Akhirnya, kita dibiarkannya jatuh dan merasakan sakit yang sesakit-sakitnya"

 

Maaf bila ada kesalahan dalam mengartikan tentang adat Minang, bila ada kesalahan mohon dibenarkan bila ada kekurangan dalam penyampaian di atas mohon bantuannya melengkapi. terimakasih banyak sampai juga di postingan tentang review buku atau apapun tentang buku selanjutnya.

 


 

Posting Komentar

0 Komentar