{Review } SOPHISMATA


Judul Buku : Sophismata
(What happens when you dislike politicians so much, yet you fall in love with one?)
Penulis : Alanda Kariza
Editor : Anastasia Aemilia
Penerbit : PT. Gramedia Pustaka Utama
Tahun terbit :Cetakan Kedua, Agustus 2017
Tebal : 207 Halaman
 ISBN : 978-602-03-5674-7
Hadiah dari GPU untuk #ResensiPilihan terpilih
***
BLURB
Sigi sudah tiga tahun bekerja sebagais staff anggota DPR, tapi tidak juga menyukai politik. Ia bertahan hanya karena ingin belajar dari atasannya – mantan aktivis 1998- yang sejak lama ia idolakan, dan berharap bisa dipromosikan menjadi tenaga ahli. Tetapi, semakin hari ia justru dipaksa mengahadapi berbagai intrik yang baginya menggelikan.

Semua itu berubah ketika ia bertemu lagi dengan Timur, seniornya di SMA yang begitu bersemangat mendirikan partai politik. Cara pria itu membicarakan ambisinya menarik perhatian Sigi. Perlahan Sigi menyadari bahwa tidak semua politisi seburuk yang ia pikir.

*****------*****------*****------****-----******

Sigi sudah bekerja selama tiga tahun menjadi staff administrasi salah satu anggota dewan DPR yang bernama Johar Sancoyo. Tugas Sigi  adalah mengurus segala hal-hal yang sifatnya administrasif, mulai dari jadwal Johar, mengarsip dokumen sampai memantau media.

Johar Sancayo merupakan salah satu anggota Komisi IV dengan partai yang menanguinya adalah Fraksi Partai Reformasi Pembangunan dan merupakan salah satu partai terbesar di Indonesia.

Sigi ingin sekali terlibat lebih jauh mengenai kebijakan publik, makanya ia ingin menjadi staff ahli, tapi sayangnya masa kerja tiga tahun tidak membuat Johar Sancoyo dengan senang hati menaikan jabatan Sigi. Selain terkendala bahwa staff ahli harus lulusan S2, Johar menilai bahwa seorang perempuan seperti Sigi lebih cocok menangani bagian adminstrasi.

Sigi merasa pekerjaan dia sama sekali tidak di hargai oleh Johar. Di tengah rasa dilema yang ingin menjadi staff ahli, Sigi bertemu dengan sosok Timur. Timur adalah senior Sigi masa SMA.

Berbanding terbalik dengan Sigi, jika Sigi meskipun sudah tiga tahun menjadi staff admin anggota DPR dia sama sekali tidak menyukai dunia politik baginya di dunia politik itu dunia abu-abu kita tidak bisa membedakan antara hitam dan putih. Sementara Timur sangat antusias dengan dunia politik di Indonesia, bahkan dia usianya yang masih muda ia sudah berani untuk membuat sebuah partai. Timur selalu bersemangat saat menceritakan visi dan misi partai yang akan ia buat bersama beberapa teman-temannya.

Sigi ingin sekali bisa bermanfaat untuk bangsa dan negaranya, dengan menjadi staff ahli anggota dewan ia bisa merancang program-program yang memang baik untuk masyarakat pada umumnya. Melihat hal itu, Timur pun mengajak Sigi untuk bergabung menjadi salah satu anggora partai yang ia bentuk.

Apa yang akan dilakukan oleh Sigi?
Bertahan bekerja dengan Johar Sancayo, meskipun ia merasa tidak di hargai?
Atau menerima tawaran Timur? Yang berarti itu melanggar prinsip hidupnya bahwa ia tidak akan pernah bergabung dengan dunia politik?
Dan bagaimana kisah di balik pertemuan kembali antara Sigi dan Timur?
Simak kisah Sigi dan Timur dalam cerita “SOPHISMATA”.

*****------*****------****--------*****------*****

Novel Shopismata ini aku peroleh sebagai salah satu dari dua hadiah resensi pilihan yang diadakan oleh penerbit. Pertama kali ngirim resensi langsung terpilih itu rasanya luar biasa senengnya. Jadi semangat buat mereview buku-buku terbitan gramedia. Terimakasih banyak Gramedia Pustaka Utama.

Ini karya Alianda Kariza pertama yang aku baca. Sama halnya dengan Sigi aku sama  sekali tidak suka dengan dunia politik, awalnya aku memilih buku ini agak sedikit ragu, tentang dunia politik pasti gak menarik, karena kan memang aku tidak suka dengan hal-hal berbau politik tapi penasaran juga.

Dan setelah di baca beberapa halaman, aku nggak mau berhenti membaca ini, karena memang menarik, baik dari segi pilihan bahasa yang digunakan dan alur ceritanya.

Ada cerita romansanya tapi tapi itu hanya bumbu, bukan menjadi konflik utama dalam cerita ini. Dengan Sigi sebagai tokoh utama kita di bawa ke dalam konflik batin seorang Sigi. Bayangkan saja kerja tiga tahun tapi dedikasi mu terganjal oleh kata “ harus lulusan S2”, aku baca aja rasanya pengen marah sama bapak Johar itu, dalam dunia kerja pengalaman lebih diutamakan bukan? Apalagi ini si Sigi udah tiga tahun ikut kerja sama Bapak Johar. Sigi udah mencoba bernego dengan pak Johar tapi tetap saja bapak dewan ini selalu punya kata kunci untuk menolak keinginan Sigi.

Membaca cerita ini, kita menjadi tahu bagaimana kesibukan seorang staff anggota dewan dan para dewan itu sendiri, menangani konflik yang melibatkan anggota dewan, seperti apa yang sering kita lihat di berita di televisi. Tapi konfliknya tidak lebai seperti di sinetron.

Karakter Sigi di sini, dia perempuan yang punya prinsip dan punya keinginan yang ingin ia wujudkan, bukan bercita-cita muluk setinggi langit tapi memang sosok Sigi punya pijakan yang kuat untuk tahu bahwa apa yang ia inginkan. Selain itu Sigi merupakan sosok mandiri dan tidak mau bergantung kepada orang tuanya, ia rela pergi ke Jakarta demi bisa belajar banyak hal kepada sosok idolanya, padahal di Bandung ayah Sigi seorang dosen. Dan Sigi ini juga piawai membuat kue. Tambah keren aja Sigi ini ya.

Kalau menurut Timur, sosok Sigi adalah “Sigi tipe cewek asertif yang tidak pernah takut mengungkapkan isi kepalanya. Kalau pihak lain tidak setuju dengan pendapatnya, Sigi tetap ingin mendapat penjelasan atau bahkan sanggahan terhadap argumen.” (Halaman 56)

Timur, dia sangat suka dunia politik, bahwa sejak dari bangku SMA dia sudah pintar berkampanya dalam pemilihan ketua OSIS. Dia tahu bagaimana cara yang ia tempuh agar cita-citanya berhasil. Tahap demi tahap Timur lalui agar cita-cita itu menjadi nyata. Sosoknya Timur ini mempesona dengan segenap kharismanya, agak sedikit kaget saat dia diluar yang aku duga, langsung berpikir bakalan jadi cerita yang menghebohkan dunia politik saat hal itu diketahui publik.

Setting tempat menggunakan beberapa nama jalan di Jakarta dan tentunya gedung MPR/DPR.

Meskipun ada unsur politik yang mewarnai kisah ini, tapi tenang saja, kita tidak bakalan bosan, kita jadi tahu suka dan duka seorang staff anggota dewan itu seperti apa. Intrik-intrik dalam dunia politik yang biasanya kita dengar dari berita di televisi, disuguhkan dengan bahasa yang ringan tapi tetap ngena. Tidak ada sesuatu yang menyindir para politikus yang ada di Indonesia, dan ini membuat kita punya pandangan baru tentang politik yang ada di dunia ini.

Untuk pemilihan judulnya Sophismata, aku penasaran dengan arti Sophismata ini sebenarnya, jadi aku coba tanya ke google arti dari sophismata itu sendiri apa, dan artinya adalah :

"Sedangkan Sophismata sendiri dipilih karena terdengar catchy dan memiliki arti ambiguitas. Arti tersebut rasanya cocok dengan isi dari novel yang bercerita tentang politik, karena jarang ada kepastian dalam dunia politik. " (sumber : Klik di sini )

Untuk covernya keren, cover dengan dasar hitam selalu menarik dan penuh misteri, apalagi ada gambar sosok wanita dengan ilustrasi isi kepala yang berwarna pink. Dan aku rasa cocok dengan cerita Sophismata itu sendiri.

Bagian yang aku suka dalam cerita Sophismata itu sendiri adalah ketika Sigi dan Timur terlibat sebuah obrolan, kesan seru dan asyik dalam obrolan tersebut sangat terasa, jadi aku seperti ikut bergabung dalam obrolan tersebut tapi cuma bisa menonton tanpa bisa ikut serta dalam obrolan tersebut, dan sewaktu Sigi belanja kue serta membuat kue ada sisi lain dari diri Sigi yang tampak saat melakukan dua hal tersebut.

Quote Favorit :

“Politik adalah tempat kepentingan yang berbeda-beda diakomodir.
Seperti memiliki satu pizza yang hendak dimakan banyak orang. Potongan-potongannya dibagikan ke sana-sini. Berapa besarnya? Tergantung proporsi kontribusi mereka terhadap kemakmuran masyarakat.”
(Halaman 10)

“Politik itu kan soal kendaraan.”(Halaman 16)

“Hukum tanpa kekuasaan akan menimbulkan anarki, kekuasaan tanpa hukum akan meninggalkan tirani. Hukum dan politik harusnya bisa menyokong satu sama lain bukan saling menghancurkan.”(Halaman 62)

“Semua hal selalu berakhir baik-baik saja,
kalau belum baik, berarti itu belum akhirnya. “(Halaman 166)

“Politik adalah menunjukkan kepada pihak lain bahwa kita memiliki hal yang mereka butuhkan, tanpa benar-benar memberikannya.”(Halaman 193)

“Apa pun dan siapa pun yang berjodoh selalu bisa menemukan jalan menuju satu sama lain.”(Halaman 217)

“Kita semua punya peran dan kita boleh memilih.”(Halaman 266)

Pesan yang ingin di sampaikan dalam cerita ini, dari sosok Sigi kita belajar bahwa apapun itu selalu ada sebuah pilihan dan mengejar sebuah cita-cita atau keinginan selalu ada sesuatu yang dikorbankan dan dari Sigi kita juga belajar apa itu tanggung jawab meskipun pada dasarnya hati kita berontak untuk melakukannya.

Dari Timur, aku rasa Indonesia butuh sosok seperti Timur, masih muda tapi sudah punya pandangan untuk bisa membuat Indonesia lebih makmur dan adil secara merata, dengan membuat sebuah partai politik, mengingat di Indonesia di dominasi oleh sosok yang usianya dikatakan lebih dari Timur.

Dari cerita Sophismata itu sendiri mengajarkan bahwa politik adalah sebuah kendaraan, sama halnya dengan kendaraan mau dibawa kemana itu tergantung dari sopirnya bukan?

Satu pesan yang aku ingat dalam cerita ini adalah bahwa banyak orang memilih untuk melewati tahap membaca resep ketika hendak memasak dan baru mengecek resep sambil berjalan, padahal langkah itu justru merupakan langkah terpenting. Langkah itu bisa menentukan apakah kue yang dibuat akan matang dengan sempurna atau tidak. (Halaman 65)

Cerita ini direkomendasikan buat teman-teman yang ingin baca dengan tema baru dan banyak sesuatu yang baru kalian harus baca cerita ini. Hai guys bacaan seperti ini lah seharusnya yang kita butuhkan.

Bintang 4 untuk Sigi dan Timur


******--------******-------------*********


Sejak tahun 2005, Alanda sudah menulis dan menerbitkan lima buku. Shopismata adalah buku keenamnya. Selain itu, Alanda juga terlibat dalam penulisan beberapa antalogi, baik fiksi maupun nonfiksi. Alanda bisa dihubungi melalui situs alandakariza.com atau media sosial @alandakariza
*****
Sempat kepo juga akan sosok ini, aku kira awalnya dia pernah menjabat anggota dewan atau setidaknya pernah bergelut dalam dunia seperti Sigi, karena memang benar-benar mengalir alur yang ia buat. Akhirnya aku putuskan untuk mencari info dari penulis satu ini. (Klik di sini untuk tahu lebih banyak akan sosok Alanda Kariza ).

Sumpah, keren banget ternyata sosok penulis ini dan aku langsung penasaran dengan kisah-kisah yang ia buat lainnya.

Terimakasih banyak buat penerbit GPU, yang sudah memilihkan buku ini sebagai salah satu hadiah resensis pilihan. Sukses selalu buat Alanda Kariza dan Penerbit GPU.



Posting Komentar

0 Komentar