{Book Review } Assalamualaikum Calon Imam – Ima Madaniah

Judul Buku : Assalamualaikum Calon Imam
Penulis : Ima Madaniah
Penerbit : COCONUT BOOKS
Tahun terbit : Cetakan Kedua, Januari 2018
Tebal : 476 Halaman
 ISBN : 978-602-6940-90-2
Harga : Harga asli Rp 94.000,- (Beli Di Grobmart 68.800)
***
BLURB
Mungkin jodoh tidak datang tepat waktu, tapi jodoh akan datang diwaktu yang tepat. Imam, apa semua perempuan memimpikan memiliki calon imam, lalu kemudian menikah menggapai apa yang namanya sakinah? Aku tidak pernah punya pikiran untuk menikah. Aku hanya berpikiran untuk bisa jatuh cinta.

Teruntuk nabi terakhir yang dirindu umat, pertama tolong tambatkan cinta ini untuk-Mu. Aku tahu menikah memang merupakan sunnah-MU. Aku tidak akan diakui umat-Mu dan juga tidak akan diakui hamba-Nya jika tidak mengikuti sunnah Rasul-ku. Lalu bagaimana aku bisa menikah jika untuk jatuh cinta saja aku tak mampu, hatiku merespon tapi otakku menolak, begitu setiap kurasakan jantung ini berdebar.

Aku takut menjatuhkan hati pada seorang Adam, namun nantinya aku sama terluka seperti ummi. Bukan perkara bisa mendengar perceraian orangtua di saat usiaku menginjak lima tahun, menjadikanku membenci sosok ayah, terlebih membuatku tak percaya pada apa yang namanya laki-laki. Ya Rabb, sungguh aku tidak ingin menjadi anak durhaka, jika Ummi adalah hidupku, maka Abi adalah napasku.

Apa selamanya aku tidak bisa menerima keputusan Abi yang mengakhirinya dengan perceraian? Bukankah itu artinya selamanya aku tidak bisa jatuh cinta?

*****------*****------*****------****-----******

Nafisya berusaha menyimpan rapat-rapat perasaanya kepada teman masa kecilnya yang juga menjadi tetangganya hingga sekarang. Pria beruntung itu bernama Jidan Ramdani. Tapi sayangnya Jidan malah menyukai sang kakak perempuan Nafisya, yaitu Salsya.

Pertemuan yang jauh dari kata sempurna, mempertemukan Nafisya dengan seorang dokter bernama Alif. Dokter di sebuah rumah sakit dan merangkap sebagai dosen di kampus Nafisya. Alif mempunyai yang dekat dengan Salsya dan juga kakak tiri Nafisa, karena mereka bekerja di satu rumah sakit yang sama.

Di saat, sebuah janji akan terucap antara Jidan dan Salsya, Nafisa merasa bahwa dia tidak punya kekuatan untuk melihat semua itu, karena itu menjadi sebuah tanda bahwa ia sudah tidak boleh lagi mengharapkan seorang Jidan.

Nafisya memutuskan untuk menerima beasiswa keluar negeri, agar ia bisa sepenuhnya jauh dari Jidan. Di saat bersamaan Alif datang ke rumah dan berencana untuk melamar Fisha. Tapi sayangnya Umi tidak mengizinkan Fisya keluar negeri sendirian, jika Fisya mau mendapatkan izin Umi, maka Fisya harus menerima lamaran Alif.

Jeng 
jreeeng
Jengg 
jreeeng

Apa yang bakal Fisya pilih? Tetap pergi tanpa izin Umi, demi menyelamatkan hatinya dari rasa perih.
Atau memilih menerima lamaran, dari orang yang sama sekali belum Fisya kenal dengan baik?
Apapun pilihan Fisya, semoga itu menjadi pilihan yang terbaik bagi semuanya..
Baca kisah selengkapnya dalam cerita “ Assalamualaikum Calon Imam.”

*****------*****------****--------*****------*****



Karya pertama dari Ima Madania yang aku baca dua jempol untuk kisah Fisya dan Alif. Bukunya lumayan tebal, karena memang konflik yang diangkat gak hanya satu. Satu masalah selesai timbul masalah baru, tapi jangan berfikir kayak sinetron ya. Karena memang porsinya pas, tidak berlebihan dan tidak mengada-ada.

Menggunakan sudut pandang orang pertama dan lebih banyak dari sisi Nafisya. Dan yang membuat cerita ini perbeda dari segi PoV adalah jika di novel pada umumnya sudut pandang orang pertama menyebut dirinya aku, tapi di sini menyebutkan dirinya sendiri dengan nama ‘Fisya’. Contohnya : “Fisya perlu waktu,” ucapku lirih. Biasanya kata gantinya aku atau saya kan? Jadi semacam ada penyegaran. Good job kak Ima.

Aku masih kasih tahu pada kalian, bahwa aku memutuskan untuk membeli novel ini karena aku tertarik dengan pemilihan warna dan desain covernya serta judulnya. Covernya cantik dan memang bikin bawa pulang ke rumah. Ha ha ha.

Di atas aku sudah mengatakan bahwa cerita ini banyak konfliknya, karena konfliknya tidak hanya satu, yang berkutat antara Nafisya-Alif-Jidan, tapi ada juga antara Fisya dengan Abinya, Fisya dengan keluarga baru Abinya, ada juga tentang kisah-kisah teman Fisya. Sedih dan bercampur aduk saat melihat kisah di balik perceraian Abi dan Uminya Fisya. Pengen nangis dan entahlah aku tidak bisa membayangkan kisah mereka.

Di kisah ini, ada banyak karakter, penggambaran karakternya sangat terasa dan konsisten dari awal hingga akhir. Aku paling suka karakter Fisya, terlepas dia yang membenci Abinya, Fisya adalah gadis yang ceria meskipun cenderung ceroboh dan pelupa akut, sangat menyayangi Umminya melebihi siapapun. Bersahabat, sosok sahabat yang menyenangkan. Tidak sulit untuk mencintai kepribadian seorang Fisya.

Selain Fisya, aku suka sosok Kahfa, meskipun dia cuma sedikit porsinya, tapi berhasil menyita perhatianku.

Tapi sayang, aku kerap bolak balik membaca ulang  di awal aku membaca, karena nama-nama karakter yang hampir sama. Nafisya, Salsya, Nayla, Jidan, Jiad. Awalnya memang membuat bosan, tapi setelah sampai pertengahan sudah hafal siapa nama-nama itu.

Selanjutnya, ini aku tanyakan kepada pihak penerbit, kenapa nama penulis yang tertera di cover depan dan bagian identitas buku berbeda, meskipun dibagian terakhir dijelaskan, bahwa mereka orang yang sama. Di cover depan tertulis nama ‘madani_’ sementara di bagian identitas buku tertulis ‘Ima Madaniah’. Jadi sebenarnya mau nama mana yang dipakai?

Adegan yang aku suka dalam kisah Nafisya ini adalah, adegan yang terjadi di awal part, yaitu ketika Jidan melempari jendela kamar Nafisya, untuk mengajak ngobrol Fisya. Meskipun agak konyol tapi lucu-lucu, Fisya punya panggilan kepada Jidan adalah ‘makhluk mars’, dan aku masih penasaran ada rahasia apa dibalik pemberian nama “makhluk mars’

Dan yang paling sedih adalah ketika Umi menceritakan kisahnya kepada Fisya tentang perceraian. Terpana, kaget dan semacam ada rasa tidak percaya.

Tebar-tebar quote yang bertebaran di cerita ini, ini dia diantaranya :

“Hidup itu pilihan, kan?
Ya, pilihan, tanpa bisa memilih apa yang telah ALLAH pilihkan. Tapi percayalah, yang ALLAH pilih adalah bagian paling indah.”(Halaman 43)

“Ada dua orang yang saling mencintai, tapi ALLAH tidak mempersatukan mereka. Ada dua orang yang tidak saling mencintai, tapi ALLAH takdirkan mereka bersama. Ada dua orang yang saling mencintai dan ALLAH takdirkan mereka bersama. Kisah kita yang mana Jidan? Tidak ada kisah satu pihak.”(Halaman 52)

“Ketika kamu merasa jatuh maka bangkitlah.
Ketika kamu merasa bangkit maka bersujudlah.
Turn to ALLAH before you return to ALLAH...
 itu rumus jitu untuk menjalani hidup.”(Halaman 102)

“Cinta itu gak bisa dipelajari kayak Mas baca buku. Setiap orang punya definisi masing-masing tentang cinta.”(Halaman 127)

“Manusia itu punya dua part dalam kehidupannya, part kebahagian dan part kesedihan. Semua itu datang bergantian. Tidak ada seseorang yang dalam hidupnya terus menerus merasa bahagia atau terus menerus merasa sedih. Hanya bagaimana dia melibatkan ALLAH dalam setiap part kehidupannya.”(Halaman 166)

“ALLAH kasih kita masa depan karena ALLAH ngasih kesempatan buat kita perbaiki masa lalu.”(Halaman 309)

Pesan yang terkandung dalam kisah ini, menurut pendapat aku adalah kita tidak bisa mendahului takdir, semua sudah ditetapkan dalam ketentuannya. Kita berencana dan ALLAH lah yang akan menentukan. Jadi semoga setelah membaca kisah ini kita semua bisa menjadi manusia yang lebih baik dari sebelumnya, semakin cinta kepada ALLAH dan Rasul-Nya. Aamiin

Buku ini sudah diberi label U15+, karena cerita ini memang masih bisa untuk dikonsomsi semua usia, meskipun ada beberap konflik tentang pernikahan, tapi kalian sudah baca kisah Nafisya belum? Kalau belum kalian wajib baca.

Bintang 4 untuk Nafisya dalam ASSALAMUALAIKUM CALON IMAM,

***************--------------------******************



Madani_ nama pena Ima Madaniah, lahir di Bandung, 24 Desember 1998, selain memiliki hobi menulis kisah-kisah bergenre Islam, perempuan yang baru menyelesaikan pendidikan tingkat sekolah menengah kejuruan ini tertarik pada bidang-bidang medis, hal tersebut selaras dengan cita-citanya yang ingin menjadi Ibnu Sina abad ini, selain itu Ima juga bercita-cita ingin menjadi Hafidz Al-Quran (aamiin).

Alhamdulilah, setelah menyelesaikan novel pertamanya Assalamualaikum Calon Imam, saat ini, Ima sedang berkutat dengan proyek keduanya. Baginya menulis bagaikan ikut berpartisipasi membuka jendela dunia. Menjadi sesuatu kebanggan tersendiri untuk bisa membuat jejak dalam kehidupan, menabuk hikmah lewat tulisan.

Imam Syafi’i berkata, “Ilmu bagaikan hasil buruan dalam karung, dan menulis adalah tali pengikatnya.” Hal tersebut membuat Ima semakin giat mendaraskan tulisan-tulisannya dalam beragam bentuk eksplorasi imajinatif. Tentu karyanya tidak terlepas dari berbagai kekurangan yang masih butuh penyempurnaan. Kesalahan adalah hamba, sementara pengampunan adalah Zat Yang Maha Mulia.



Posting Komentar

2 Komentar

  1. suka sama reviewnya, untuk novel spiritual yang lahir dari wattpad, bisakah kamu mereview novel sebening syahadat dan cinta dalam diam?

    BalasHapus
    Balasan
    1. terimakasih kak, alhamdulilah kalau kakak suka..aku senang sekali.
      untuk review novel CDD nya kak Shineeminka aku udah review ini link review nya : -->> https://vaaridapunya.blogspot.co.id/2018/04/book-review-cinta-dalam-diam-shineeminka.html

      kalau untuk sebening syahadat masih belum baca kak...nanti kalau sudah baca pasti aku review dan aku postingan di blog sini.

      Hapus

Terima kasih telah membaca sampai selesai.
Mohon maaf sebelumnya, kolom komentar aku moderasi.
jadi komentar kalian tidak akan langsung muncul, nunggu aku setujui dulu baru bisa terlihat.
tinggalkan komentar dan senang berkenalan dengan kalian