{Review} BAPANGKU BAPUNKKU - PAGO HARDIAN

 


Judul Buku : BAPANGKU BAPUNKKU

Penulis : PAGO HARDIAN

Penerbit : Penerbit INDIVA

Tahun terbit : Cetakan Pertama, April 2015

Tebal : 232 Halaman

  ISBN : 978-602-1614-47-1

Ini kisah antik keluargaku bersama ayah yang tidak mau dipanggil Ayah, maunya dipanggi Bapang. Itu panggilan untuk ayah dalam bahasa Semenda. Tak cukup sampai di situ, diam-diam Bapang menganut aliran PUNK. Itu aliran yang mengagung-agungkan kebebasan. Mulai kebebesan berfikir, kebebasam berekspresi, hingga kebebasan berkarya dan mengeluarkan pendapat. Syukurlah, Bapang tidak menata rambutnya gaya buah duren masak di pohon atau gaya sapu ijuk dari Yunani. Sebab Bapang mengaku kalau dia itu PUNK Muslim! Meski demikian, pemikiran dan tindakan Bapang sehari-hari nyentriknya minta ampun! Apa-apa dipretos, sistem pendidikan diprotes, pembangunan masjid diprotes, kepala sekolah diajak ribut, dokter ditentang, maling jemuran dijadikan sahabat dan petugas KB di puskesmas diadak berdebat!

 

Klimaksnya, pada hari Senin sehabis liburan kenaikan kelas, Bapang melarang anak-anaknya pergi ke sekolah! Seragam sekolah kami dimasukkan ke dalam karung untuk dibakar. Bunda meradang melihat kenyataan itu. Berpikir bebas boleh saja, tapi membakar seragam sekolah anak-anak adalah tindakan yang tidak bisa lagi ditoleransi. Bunda melawan Bapang dengan garang. Dan kebahagian keluarga kami berada diujung tanduk, akte cerai nyaris diteken!

 

Bagaimana usaha Bapang untuk menyelamatkan keluarga dengan keempat anaknya? BAgaimana cara Bapang Mendidik keempat anaknya hingga jadi orang - orang yang sukses? Silahkan baca kisah ini dan jangan menyalahkan jika nanti tertular virus PUNK ala Bapang. Kisah ini akan membuat siappun berikir keras, tertawa ngakak, hingga menangis sedih, lalu bangkit dan berdiri tegak untuk berkarya dan bekerja keras! Sebab dunia sudah lama menanti karya-karya besar kita semua!

 


Awalnya aku mengira bahwa sosok Bapang dalam cerita ini adalah bapak-bapak tua yang doyan marah-marah (yang aku ingat sosoknya kurang lebih seperti abah di sinetron Si Doel Anak Sekolahan), pakai sarung terus kopiah, pokoknya benar -benar mirip bapaknya si Doel. '

 

Ternyata semua itu salah, baru baca bab awal saja, sudah keliatan betapa gaul, trendy si Bapang ini, yang menurut cerita si anak pertama tidak beda jauh dengan Andre Stinky. Yang awalnya ku kira si Bapang yang mempunyai nama Paguh Nian ini adalah juragan kontrakan atau sejenisnya, ternyata beliau adalah juragan taman baca, di mana taman bacanya sudah memiliki banyak cabang.

 

Buku ini menceritakan seorang bapak dari sudut pandang sang anak. Bapang mempunyai empat orang anak yaitu yang pertama anak laki-laki yang bernama Alap Nian, yang kedua bernama seorang perempuan bernama Harnum, lalu yang ketiga bernama Betuah Nian atau di panggil Tuah, lalu yang terakhir bernama Anjam.

 

Empat anak dengan karakter yang berbeda-beda, semua di didik dengan baik oleh Bapang dan Bunda. Bapang dan Bunda mempunyai karakter yang bertolak belakang, jika Bapang dengan segala emosinya, perkara kecil saja bisa menjadi besar sedangkan Bunda kebalikannya sangat sabar dan tenang.

 

Cerita ini diceritakan dari sudut pandang sang anak pertama yaitu Alap. Jadi di sini Alap menceritakan keseharian dan peristiwa-peristiwa penting yang di alami oleh Bapang dari zaman masih kuliah hingga sang anak sudah dewasa.

 

Yang aku suka di sini, meski karakter Bapang adalah seorang yang mudah marah, dan apapun yang tidak sesuai dengan dia pasti akan kena debat tapi tidak ada satu kalimatpun di buku ini yang mengungkapkan kebencian atau tidak sukanya seoarang anak kepada ayahnya atau orangtuanya.

 

Marahnya Bapang, bukan yang asal marah, tapi memang ada beberapa alasan yang tidak sesuai dengan prinsip dan cara pandang Bapang, yang anti mainstream, yang tidak seperti kebanyakan orang pada umumnya.

 

Tapi ada satu peristiwa yang membuat aku tidak setuju dengan sifat keras kepalanya Bapang, yaitu saat istrinya mau melahirkan anak pertama si Alap Nian, saat dokter sudah mengatakan bahwa harus operasi karena posisi bayi yang awalnya normal tapi mendadak bayi berputar lagi, menjadi posisi bokong ada di jalan lahir. Ditambah lagi air ketuban bunda sudah pecah sejak jam empat pagi. Dari yang awalnya di klinik persalinan dekat rumah, dan kemudian perpindah ke Rumah sakit, lalu dari rumah sakit ditolak karena tidak adanya dokter ahli bedah dikarenakan sedang libur lebaran, Bunda di rujuk ke rumah sakit Umum. Keadaan bunda sudah sangat lemah, bibirnya sudah membiru pucat. Dengan banyak pertimbangan di mana air ketuban sudah pecah dari belasan jam yang lalu, jalan lahir bayi sempit, posisi sungsang, kalau tidak dioperasi menurut dokter akan membahayakan nyawa bayi dan ibunya terancam. Tapi apa yang dilakukan Bapang dia tidak menyetujui formulir operasi.

 

Merasakan mulas dari jam 4 pagi, tapi suami meminta dokter untuk menuggu hingga jam 12 malam, reflek aku bilang gila bapang ini, istri sudah kesakitakan dia masih bisa bilang umur adalah rahasia allah, jikapun istrinya meninggal maka akan mati syahid, hanya demi bisa melahirkan secara normal.

 

Dari sekian pikiran anti mainstream Bapang, hanya ini yang tidak bisa aku pahami. Ingin rasanya aku berteriak kepada Bapak, emang kenapa kalau melahirkan di operasi ha??? ingin rasanya aku getok kepalanya pakai bogem raksasa.

 

Tapi ada satu adegan yang diceritakan oleh Alap yang sukses membuat aku ketawa sampai ngik-ngik, yaitu saat akhirnya mereka memutuskan untuk mempunyai televisi, dan ada iklan sabun mandi, sama Bapang langsung dimatikan televisinya karena kata Bapang melihat aurat itu hukumnya haram.

 

Di cerita dalam buku ini memang full tentang Bapang, dia pintar, peduli dengan lingkungan sekitar, sayang sama keluarga, bertanggung jawab intinya kalau istilah zaman sekarang Bapang adalah salah satu tipe laki-laki green flag.

 

Tapi meski full cerita tentang Bapang, kekuatan seoarang bunda alias kekuatan seorang wanita tampak nyata dalam cerita ini tetap terlihat.

 

Dari cerita Bapangku Bapunkku ini, aku mendapat satu pelajaran bahwa, bahwa kita boleh berpikir anti mainstream, boleh berfikir beda dari orang lain, tapi harus tetap melihat situasi kondisi dan keadaan saat ini, jangan terlihat egois saat orang lain menerima akibat dari keegoisan kita sesaat.

 

Buku ini banyak membuka pikiran, untuk bisa memahami segala sesuatu itu harus dari berbagai sudut, tidak dengan bahasa yang serius jangan khawatir, karena memang santai dan lucu banyak guyonannya juga.

 

Segera ke toko buku online atau ke toko buku langganan untuk memiliki buku ini.

Selamat membaca

 

Nama lengkapnya Pagi Hardian S.Kom.I. Karakter orangnya mirip dengan Paguh, tokoh Bapang dalam cerita ini. Tanggal lahirnya sama 24 Agustus. Saat menulis novel ini usianya 31 tahun dan punya dua anak. Buku-buku karyanya yang sudah terbit dan beredar dipasaran lebih dari 20 judul, kebanyakan cerita aak dan remaja.

Tahun 2021 kumpulan cerpen karyanya berhasil meraih juara lomba yang diadakan Dinas Pendidikan RI bagian kurikulum dan perbukuan Negara. Tahun 2013, Pago kembali menang juara tiga untuk kategori yang sama dengan kumpulan cerpen berjudul Dua Surat Bencana.

 


 

Posting Komentar

0 Komentar