{Review} MESKIPUN HUJAN MASIH TURUN – SHABRINA WS



Judul Buku : Meskipun Hujan Masih Turun

Penulis : Shabrina Ws

Penerbit : Tinta Merah Indonesia bekerjasama dengan Yutaka Pika-Pika

Tahun terbit : Cetakan Pertama, November 2020

Tebal : 250 Halaman

  ISBN : 978-623-94424-7-7

***

BLURB

Kita memang tidak bisa menerka akan bertemu siapa dalam sebuah perjalanan. Seperti kau dan aku yang tak pernah berencana saling menghampiri.

Kita dipertemukan pada suatu musim yang deras, berbagi keredaan di sebuah bangku kosong, sebelum kereta membawa kita ke stasiun yang berbeda.

Lalu musim diwarnai cerita-cerita kecil, kepingan gambar, potongan video, hingga petika-petikan lagu.

Tak ada yang tahu akan ke mana perjalanan kisah ini. Yang aku tahu, aku hanya tidak ingin di antara kita saling melukai dengan cara apapun.

*****------*****------*****------****-----******



Persahabatan Senggani dan Wira sedang dalam kondisi yang tidak baik,  tapi Senggani harus pergi ke Malang dan Wira tetap bertahan di Ponorogo. Di statisun Senggani bertemu dan berkenalan dengan seorang yang menyebut dirinya pengelana. Pertemuan singkat yang ternyata membuat kesan yang berbeda untuk Senggani kedepannya. Ini cerita tentang Senggani dan dua pria dalam kehidupannya. Dan bagaimana alur cerita mereka bertiga? Semua dikemas dengan apik dan dengan diksi yang khas ala Shabrina Ws. Simak kisah selengkapnya mereka bertiga di MESKIPUN HUJAN MASIH TURUN karya Shabrina Ws.




Waah akhirnya bisa menyelesaikan novel ini, membacanya seperti membaca u kisah sendiri. Haha ha ha , sampai aku berfikir apa aku pernah bercerita ke penulis, tapi kayaknya nggak? He he he. Tidak sama sih sebenarnya cuma dimirip-miripkan saja, tapi aku tahu apa yang dirasakan oleh Senggani terkait ceritanya dengan Pengelana. Dan inilah review ala-ala aku.


Sebenarnya aku pertama kali membaca ini adalah saat masih di wattpad, tapi setelah membaca bab pertama aku langsung udahan dan aku putuskan untuk membaca versi buku cetaknya. Karena ku tipe orang tidak sabaran baca, jadi daripada penasaran mending nunggu bukunya aja.

 

Diceritakan lebih banyak menggunakan sudut pandang orang pertama dari tokoh Senggani, yang biasanya Pengalana memanggilnya di room chat mereka dengan panggilan G.


Alur menggunakan alur maju, dengan mengangkat tema masalah antara Senggani dengan dirinya sendiri. Menurut aku, konflik dalam cerita adalah Senggani dengan buah pemikirannya sendiri. Contohnya yang bikin aku heran, kenapa dia sampai repot-repot izin dari tempat kerjanya cuma karena dia tahu kalau Pengelana mau operasi. Padahal siapa sih Pengelana, baru ketemu sekali itupun cuma dalam sebuah perjalanan, taaaapppiiii kenapa kamu mau merepotkan dirimu sendiri Senggani????


Hal yang paling aku suka dari setting yang dipakai oleh penulis adalah tidak adanya starta sosial dalam cerita ini. Semisal contohnya adegan rumah sakit, yang satu ruang harus diisi beberapa pasein, gak ada sama sekali deskripsi tentang ekonomi sosial. Lalu tentang pekerjaan Senggani di Penatu, sama sekali tidak deskripsi yang membanding Senggani dengan pekerjaan temanya. Dll


Menggunakan Malang sebagai setting tempat, membuat aku malah rindu dengan Malang. Lokasi kostan Senggani, membuat aku membayangkan daerah Blimbing. Ahh jadi kangen Malang, kangen naik angkot, kangen lalapannya. Dan tentunya kangen naik kereta api Penataran.


Ada tiga tokoh utama dalam cerita ini, yaitu Senggani, Pengelana (entah nama aslinya siapa) lalu ada Wira. 3 orang ini mereka punya 1 kesamaan hobi yaitu senang sekali menjawab pertanyaan dengan sebuah kalimat pertanyaan lagi.


Tapi ada satu tokoh yang mencuri perhatian, Khalid. Dia sabar banget menghadapi ibunya, membuat aku berfikir “kalau sama ibuknya yang model seperti itu dia sabar banget, bagaimana nanti menghadapi istrinya, pasti sabar banget luar biasa Khalid ini, dan momen di rumah sakit adalah salah satu momen yang saya suka. Selain tentang berdamainya Senggani dan Wira.


Diksi-diksi yang dipakai penulis, selalu sukses membuat hati kebat-kebit, dan khas Shabrina Ws tentunya.


Satu hal yang membuat ku sedikit kurang puas, yaitu kenapa tidak ada sudut pandang dari Wira atau Pengelana. Tapi kalau ada sudut pandang dari mereka, epilognya akan jadi B aja seperti epilog-epilog novel pada umumnya. Karena epilognya anti mainstream, aku baru pertama baca novel dengan epilog seperti ini. Top markotop.


Satu lagi yang beda dari yang lain adalah, menurut aku novel ini sebagian besar adalah monolog dari Senggani. Meski menggunakan sudut pandang orang pertama sudah sering dipakai dibanyak novel tapi eksekusinya penulis beda dengan sudut pandang orang pertama yang dipakai pada umumnya novel yang sudah aku baca. Kalau pada umunya novel, membuat pembaca merasa menjadi tokoh ‘aku’ dalam novel tersebut, kalau dalam novel ini, Senggani adalah Senggani, dalam artian, dia (Senggani) meminta pembenaran dari apa yang ia pikirkan. (kok kayaknya kalimatku bertele-tele ya, semoga yang baca paham maksud aku).


Beberapa kalimat yang menarik yang ada di novel ini versi aku, sebagai berikut :


“Bertahun-tahun menyakini hal yang sama, ternyata nggak cukup untuk bertahan. Apalagi ketika orang yang kau percaya mengatakan ada satu perbedaan yang mungkin sulit untuk dibangun jembatan. Kau tahu, omong kosong macam apa itu?” (Halaman 7)


“Hubungan kami mungkin berakhir, tapi saya nggak mau berakhir. Hati saya mungkin retak, tapi badan saya masih utuh. Saya ingin jadi manusia baik, ingin masuk surga.” (Halaman 9)


“Setiap orang memang adalah tokoh utama untuk dirinya sendiri, tetapi bagi orang lain bisa jadi hanya sekilas bayangan samar yang saling berpapasan tetapi tidak saling berpandangan.” (Halaman 34)


“Bahwa ada hal-hal di dunia ini yang nggak bisa kita paksakan. Kita hidup dengan pilihan kita sendiri. Bukan dengan anggapan orang lain. Kita nggak perlu memaksakan diri menjadi seperti kata orang-orang.” (Halaman 183)


“Percayalah, tidak ada kepedihan yang kekal. Waktu akan melapangkan.” (Halaman 238)


Dari novel ini tidak hanya membahas tentang Senggani, Wira dan Pengelana, Penulis menyelipkan tentang keseharian seorang penulis lepas, bahkan aku jadi penasaran dengan buku karya Stephen King yang ada di dalam novel ini.


Cover novel ini juga sangat menarik, hujan, kereta api dan tas. Dan tiga bagian itu memang tidak lepas dari isi kisah ini. Good job untuk yang membuat desain covernya. Dan Oh ya, dapat info dari penulis, kalau Senggani akan naik cetak lagi dan dengan vover yang berbeda, kalau kalian penasaran dengan kisah Senggani silahkan mencari tahu info lebih lanjutnya di akun instagram penulisnya.


Pesan moral dari cerita ini yang aku tangkap adalah, selalu ada yang datang dan pergi dengan meninggalkan kesan yang berbeda jadi jangan pernah melupakan setiap momen yang terjadi. Dan aku mau titip pesan buat Senggani, pesannya adalah “Mungkin sekarang semua tentang Pengelana masih menjadi apa yang kau tulis dan masih terasa istimewa, tapi tidak usah khawatir, karena sejalannya waktu meski dia tetap menjadi sumber tulisanmu semua akan terasa B aja. Dan saat kamu menyadarinya dia pun juga menjadi B aja.”


Nah buat kalian yang suka roman-roman novel dengan kekuatan diksi yang sederhana tapi mengena menghujam ke jantung hati yang terdalam serta dan konflik batin yang berbeda bacalah cerita ini. Sumpah keren banget.  Aku was-was kalau review aku malah membuat cerita ini menjadi tidak spesial.


Selamat membaca, dan saya ucapakan selamat buat Mbak Shabrina WS Senggani naik cetak lagi. Di tunggu karya-karya yang lainnya juga.  

 

 



Shabrina Ws, menulis beberapa buku di antaranya : Kerlip Bintang-Bintang, Betang Cinta yang Tumbuh dalam Diam, Karena Hidup Hanyalah Sebuah Persinggahan, Always Be In Your Heart, Ping A Massage from Borneo, Rahasia Pelangi, Sketsa Negeri Para Anjing, Petualangan Cika Kelinci, Pelari Cilik, Sakti dan Sapi Rebo, Lesus dan Kisah Becak-Becak, Deling, Dongeng dan Fakta Unik Binatang, Kisah dari Padang Rumput, Kalender 366 Mutiara Islami, Sauh, Besali, Keduri Blang, Kue Kesukaan Tama, Gonggongan Mengki, dan Pada Perhinggaan Hatimu (Novel online di Storial.co)

Menulis beberapa cerpen serta puisi media lokal dan nasional. Dan mengisi waktu luang dengan menonton pertandingan bulutangkis.

Karya lain bisa dilihat di www.shabrinaws.blogspot.com

Instagram : @shabrina.ws , Wattpad ; @shabrinaws, Storial : @Shabrinaws, dan Kwikku ; @Shabrinaws




Posting Komentar

0 Komentar