{Book Review } PELANGI MUSIM SEMI – Rizki Affiat




Judul buku : Pelangi Musim Semi
Penulis : Rizki Affiat
Penerbit : Bunyan (PT Bentang Pustaka)
Terbit : 2013
Tebal: 378 hlm
ISBN : 978 – 602 –7888-69-2
***
Blurb
Ketika kata-kata tak lagi berkuasa dan keheningan
menjadi istimewa, pada saat itulah aku mencintaimu.

Omar Khaled adalah mahasiswa Indonesia yang kuliah pascasarjana di Universitas Hadvard. Ia memiliki segalanya, prestasi dan prestise;orangtua sukses, calon istri sempurna dan jaminan kehidupan mapan di depan mata. Namun jauh di lubuk hati, ia merasa hampa, seolah masih ada sesuatu yang ia cari, tetapi belum ia temukan. Dalam pencarian itu, ia bertemu Anais, seorang gadis yang berbeda keyakinan dengannya.

Ketika tatap mereka tak sengaja berpaut, di tengah keheningan Taman Boulvard, hatinya retas. Untuk kali pertama, Omar merasakan cinta. Pun, ketika kisah keduanya terhubung oleh satu kata ; Palestina. Cinta yang kian bersemi lantas gugur ditelan sunyi. Karena, di dunia yang hiruk pikuk menajamkan perbedaan, cinta mereka sebuah kemustahilan.

Tetapi hati Omar tak berhenti memanggil Anais
Sebagaimana hatinya tak berhenti memanggil Palestina

***
Omar Khaled mahasiswa dari Indonesia yang sedang menempuh masa pendidikan di Universitas Havard. Omar selalu berada di dalam zona nyaman. Umar Suharsa Khalid, itulah nama aslinya tapi sejak ia tinggal di Amerika, orang-orang lebih mudah melafalkan nama Omar. Lahir dari keturunan Arab dari pihak sang ayah, Umar atau Omar lahir dengan jalan menuju sukses. Kedua orang tua Omar memberikan fasilitas yang cukup baik dari segi materi, fasilitas, pendidikan, semua itu dengan mudah Omar dapatkan.

Omar termasuk mahasiswa yang aktif dalam kegiatan kampus. Ia sering menjadi narasumber dalam berbagai diskusi dan juga ia sering menulis artikel di sebuah buletin kampus “The Windower”. Ditengah segala kemujurannya Omar merasakan sebuah kekosongan, ia merasa hampa. Omar bingung dengan apa yang sebenarnya ia cari dalam hidup ini.

Pertemuan pertama dengan seorang wanita nasrani bernama Anais Sulver di Taman Boulevard Omar merasakan ada yang aneh dalam dirinya. Keberuntungan berpihak kepada Omar, ia dan Anais berada dalam satu riset bersama. Riset yang diadakan oleh CMES (Center for Middle Eastern Studies) dan Project Plurarisme. Semua kegiatan CMES fokus pada studi mengenai timur tengah. selain itu Anais juga siap membantu Omar dalam menyelesaikan tesisnya. Tesis Omar mengambil tentang Timur Tengah utamanya Palestina.

Anais Sulver, lulusan bidang Antropologi dari Universitas Boston dengan mengambil konsentrasi pada Studi Islam. Ia sering meneliti tentang Islam, bahkan ia pernah menjadi sukarelawan di Pakistan dan Maroko. Omar sering bermimpi aneh, mimpi yang membawa ingatannya kepada sang Kakek yang belum pernah ia temui sama sekali. Kini ia tahu apa tujuannya, tujuannya adalah ‘Palestina”, bersama UNESCO Omar untuk pertama kalinya mampu menginjak Palestina. Keinginan untuk kembali ke Palestina semakin besar, setelah selesai magang di UNESCO Omar, bergabung dengan Free Gaza Movement menjadi jalan Omar untuk menuju Palestina terutama jalur Gaza. Di Palestina inilah Omar menemukan apa yang ia cari selama ini.

Kebersamaan dengan Anais memberikan perasaan yang berbeda bagi keduanya, masing-masing menyadari bahwa ada cinta diantara mereka, tapi mereka berdua cukup pintar untuk menyembunyikan perasaan masing-masing. Cinta itu ada untuk Anais tapi sayang kedua orangtua Omar sudah menjodohkan ia dengan seorang perempuan cantik bernama Rana.

Menyadari bahwa kemungkinan untuk menjalin hubungan dengan Omar adalah sebuah kemustahilan, Anais menjadi sering termenung, diam diam  seorang laki-laki bernama Steve menaruh hati padanya dan siap menunggu sampai Anais membuka pintu hatinya.

Bagaimana kisah cinta Omar? Akankah ia menerima perjodohan dengan Rana wanita yang tidak ia cintai, ataukah akan bersama dengan Anais, wanita yang mampu menggetarkan sanubari Omar.
Sesulit apakah rintangan yang dihadapi Omar dalam perjalanannya di Jalur Gaza?
Baca kelanjutanya dan rasakan debarannya dalam cerita ‘Pelangi Musim Semi”
*****
Bercerita tentang cinta segitiga yang bisa dikatakan cukup rumit dengan konflik yang luar biasa hebat. Dengan menggunakan dua PoV yaitu Omar dan Anais dengan setting tempat di Amerika dan Palestina, sempat berfikir apa penulis memang mengalami sendiri kondisi tersebut atau sekedar dari beberapa sumber, jika penulis mengambil dari berbagai sumber aku pribadi salut dengan peracikan kata-katanya yang tampak menjiwai dan terkesan nyata.

Karakter Omar yang cenderung tertutup bertemu dengan Anais yang ceria dan penuh semangat menjadi kombinasi yang pas dalam cerita ini, memang cerita ini lebih fokus pada Omar dan Anais, jadi mereka mendapat porsi yang lebih banyak. Selain ada Anais ada juga Rana, dari gambaran sekilas dari tokoh Rana memang di istri-able banget, cocok jika bersanding dengan seorang Omar. Ada Steve dalam lingkup Anais, dia bertahan dengan perasaannya bahwa Anais memang pilihan. Jika tidak bisa bersama sebagai kekasih setidaknya ia masih bisa menjadi seorang sahabat bagi Anai.

Karakter yang aku suka dari beberapa tokoh yang ada dalam cerita ini adalah tokoh Rana, meskipun porsi dia bisa dikatakan sedikit dalam cerita ini tapi dia memegang peranan penting dalam cerita, selain itu aku juga terpesona dengan karakter Rana yang selalu mendukung apapun keputusan sang suami dan tegar dalam menghadapi segala situasi. Bayangkan berjauhan dengan suami, di saat sang suami berada dalam daerah konflik?

Kelebihan buku ini ceritanya luar biasa, dengan bahasa yang sungguh berbobot, memang perlu pemahaman yang nggak hanya satu kali baca. Aku membaca buku, untaian katanya mirip sebuah syair, dan mengingatkan aku kepada tokoh Khalil Gibran, aku pribadi tidak tahu apa sang penulis penggemar Khalil Gibran atau bukan?. Berani mengakat tema yang jarang diambil dan mungkin juga tidak pernah terpikirkan oleh orang lain, ditunjang jalan cerita yang memang luar biasa. Intinya kalian harus baca cerita ini.

Kekurangan buku ini aku perlu waktu lama untuk bisa menyelesaikan buku ini, awal memang berat dengan susunan bahasa yang terkesan filusuf, tapi setelah dapat beberapa part aku tidak bisa berhenti untuk membaca. Agak sulit menemukan kekurangan buku ini.

Bagian yang aku suka dalam cerita ini adalah waktu Rana menjemput Omar di Bandara, waktu Omar pulang dari Palestina setelah kejadian penangkapan Omar. Intinya setiap momen yang dilakukan Omar dan Rana itu yang aku suka.

Quote favorit dalam cerita ini adalah :
“Kadang aku berfikir soal kehidupan, soal bagaimana rasanya melewati banyak hal sambil bertanya-tanya soal cinta. Aku penasaran dengan cinta. Aku ingin punya memori tentang itu.”
(Anais, Halaman 42)

“Kita semua berada dalam satu pelangi. Takdirmu adalah bagian dari takdir kita semua. Untuk seorang sepertimu, segala sesuatu akan berhenti pada satu titik yang berkelindan dengan lainnya.”
(Travis, halaman 43)

“Pegang kuat yang kau inginkan. Yang kau inginkan bukan muncul dari angan-angan siang bolong, melainkan tumbuh dari perjalanan. Kita semua anak manusia. Jatuh cintalah pada segala yang memanusiakanmu.”
(Imran Hamidad, Halaman 157)

“Ketika kata –kata tak sanggup lagi berkuasa dan keheningan menjadi istimewa.”
(Anais, Halaman 178)

Pesan moral yang dapat disampaikan dalam cerita ini adalah jihad dalam hal sesungguhnya bukan perkara mudah, banyak hal yang harus dikorbankan demi mencapai kebahagiaan yang hakiki, tidak semua orang bisa seperti itu. Selain mengajarkan tentang Jihad dan tentang diskriminasi Islam di negara miyoritas. Butuh perjuangan yang tidak sederhana. Segala sesuatu yang memang sudah ditakdirkan untuk bersama sejauh apapun ia menolak maka akan ada jalan untuk menuju takdir tersebut, seperti Omar yang berjodoh dengan Gaza.

Rekomendasi buat kalian yang suka cerita dengan genre romance yang tidak biasa silahkan baca buku ini, ada unsur relegi dalam cerita romance yang tidak biasa ini. Ini bacaan hebat dan berkelas buat kalian. Baca dan temukan sensasi dari setiap kata dan alur cerita dalam cerita ini.

Ada 4,5 nilai dari 5 nilai yang aku punya untuk cerita ini.

Buat kak Rizki Affiat, aku udah sering stalking kakak di google, tapi sepertinya kakak tidak aktif lagi ya di media sosial, aku rasa kakak seorang penulis yang hebat jadi tetap berkarya ya Kak, aku tunggu karya Kakak selanjutnya.

Sebagai akhir aku berikan secarik tulisan Omar yang ia tuliskan di balik kartu nama Anais.
“Dalam keheningan, betapa cukupnya ruang yang kau beri untuk kehidupan”

Posting Komentar

0 Komentar